TRIBUNNEWS.COM, DEPOK - Lima orang anggota polisi yang tewas dalam insiden kerusuhan di Rutan Mako Brimob Kelapa Dua Depok pada Selasa (8/5/2018) malam ternyata berasal dari Datasemen Khusus (Densus) 88.
Demikian disampaikan oleh Kepala Bagian Penerangan Masyarakat Divisi Humas Mabes Polri Brigjen Pol M Iqbal Rabu (9/5/2018) sore pukul 16.30 WIB.
"Lima petugas kami, rekan kami yang gugur adalah petugas terbaik kami. Mereka menjalankan tugas negara dalam rangka tugas kepolisian khususnya anggota Datasemen Khusus 88," terangnya.
Ia menilai insiden tersebut merupakan bentuk pembangkangan yang ditunjukkan oleh narapidana terorisme karena petugas menegakkan Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk memastikan sterilisasi barang-barang yang masuk dan tidak memuat sesuatu yang dilarang.
"(Pembangkangan) terbukti, petugas kami disandera, senjata diambil bahkan meninggal dunia. Oleh sebab itu kalau ada pengancaman nyawa petugas atau orang lain kami akan lakukan upaya yang sangat tegas," pungkasnya.
Baca: Dirjen Pas Sebut Pihaknya Siap Tampung Narapidana Dari Mako Brimob
Kepala Bagian Penerangan Masyarakat Divisi Humas Mabes Polri Brigjen Pol M Iqbal mengakui bahwa insiden kerusuhan yang terjadi di Rutan Mako Brimob Kelapa Dua Depok pada Selasa malam (8/5/2018) menelan 6 orang korban jiwa.
Lima dari enam korban yang tewas merupakan anggota polisi dan satu korban tewas lainnya berasal dari kalangan narapidana terorisme.
Namun Brigjen Pol M Iqbal tidak menyebutkan secara detail nama-nama korban yang tewas dalam kerusuhan.
Berdasarkan informasi berantai yang diterima Warta Kota, korban tewas dari anggota polisi yakni Bripda Wahyu Catur Pamungkas, Bripda Syukron Fadhli IDENSOS, Ipda Rospuji, Bripka Denny dan Briptu Fandi.
Sedangkan satu korban tewas dari narapidana terorisme bernama Benny Syamsu Tresno. Satu orang anggota polisi yang sedang disandera di dalam Rutan Mako Brimob Kelapa Dua Depok diduga bernama Bripka Iwan Sarjana.
Pantauan di lokasi pada pukul 16.00 WIB Pangdam Jaya Jayakarta Joni Supriyanto tampak memasuki kawasan Mako Brimob.
Turun dari mobil, ia langsung masuk dengan dibonceng menggunakan sepeda motor.
Sementara itu, di depan Mako Brimob pengamanan masih sangat ketat dan ramai oleh awak media. (M15)
JAKARTA - Sebanyak 6 Anggota Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror melakukan penguntitan atau pengintaian terhadap Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus (Jampidsus) Kejaksaan Agung (Kejagung) Febrie Adriansyah selama beberapa hari.
Berdasarkan sumber, aksi surveillance yang dilakukan sejumlah anggota Densus 88 antiteror dilakukan selama beberapa hari dengan mengikuti atau membuntuti Jampidsus Kejagung Febrie Adriansyah, mulai pagi hingga malam hari, baik saat di kantornya di Kejagung, maupun saat pulang ke rumahnya.
Bahkan, ungkap sumber, beberapa anggota Densus 88 sempat memasuki gedung Kejagung dalam rangka melancarkan aksi pengawasan dan pengamatan terhadap Jampidsus Febrie Adriansyah. Dalam setiap pengintaian, dikatakan sumber, beberapa anggota Densus 88 selalu mengambil gambar dokumentasi menggunakan alat perekam yang selalu dibawa.
Menurut sumber, untuk berkomunikasi dan berkoordinasi dalam setiap aksi surveillance, kemudian dibuatkan grup WhatsApp (WA). Di dalam grup WA tersebut, jumlah anggota Densus 88 sebanyak 10 orang.
"Bahwa yang menjadi tujuan adalah untuk sarana komunikasi tim yang mengerjakan Jampidsus," kata sumber dalam keterangannya, Rabu (29/5).
Didalam grup WA itu, kata sumber, ada sejumlah nama identitas anggota Densus 88 polri yang bertugas sebagai Satgas Densus di tanah jawa, yakni IM, AS, IM, dan BA.
Selanjutnya, Ag, Fa, JA, dan Im. Keempatnya bertugas di salah satu Satgas Densus di daerah Jawa.
Kemudian anggota personel khusus antiteror yang bertugas sebagai Satgas Densus di salah satu wilayah Jawa lainnya dengan identitas yang berhasil dihimpun dari sumber, yakni TN dan Do.
Kata sumber lagi, bahwa aksi penguntitan dan surveillance diperintahkan oleh salah satu petinggi di satgas wilayah.
Sumber juga mengatakan, sejumlah anggota Densus 88 melakukan aksi penguntitan dan pengintaian terhadap Jampidsus, tidak dijelaskan tujuan dan motifnya apakah berkaitan dengan perkara korupsi yang ditangani Jampidsus atau tidak..
Keenam personel Densus 88, ujar sumber, hanya diperintahkan oleh atasannya untuk mengikuti pejabat Kejagung Jampidsus Febrie Adriansyah. Namun mereka tidak mengetahui tujuannya apa mengikuti Jampidsus Febrie dalam setiap kegiatan aktifitasnya dari mulai di kantor, di kediamannya hingga saat berada di Restoran di kawasan Cipete, Jakarta Selatan.
"Dia (Anggota Densus 88 Antiteror) tidak mengetahui aksi surveillance terhadap Pejabat Kejagung Jampidsus terkait dengan perkara korupsi yang ditangani. Dia hanya disuruh untuk melakukan penguntitan atau pengintaian," ucap sumber.
Namun lanjut sumber, beberapa anggota Densus 88 pun mengetahui kalau Jampidsus sedang menangani perkara Tindak Pidana Korupsi. Salah satunya perkara suaminya Sandra Dewi.
Selain itu, aksi surveillance personel densus 88 baru diketahui dan terendus oleh tim pengawal pengamanan Jampidsus Kejagung pada Kamis malam 16 Mei, saat melakukan penguntitan di sebuah Restoran di Cipete, Jakarta Selatan. Saat itu Jampidsus Febrie tengah makan malam.
Dari 6 personel densus 88 polri yang melakukan pengintaian, satu anggota berinisial IM berhasil diamankan, dan 5 orang lainnya berhasil kabur.
Hingga kini, pihak polri dalam hal ini Kadiv Humas Polri Irjen Pol Sandi Nugroho belum memberikan penjelasan, begitupun Kapuspenkum Kejagung Ketut Sumedana terkait aksi penguntitan terhadap Jampidsus Kejagung Febrie Adriansyah.
Sebelumnya, sejumlah anggota Densus 88 anti-teror polri melakukan pengintaian atau penguntitan terhadap Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus (Jampidsus) Kejagung, Febrie Adriansyah saat makan malam di kawasan Cipete, Jakarta Selatan.
Dari 6 anggota Densus 88 yang melakukan pengintaian, 1 orang diantaranya berhasil diamankan oleh Polisi Militer (PM) yang bertugas melaksanakan pengamanan dan pengawalan kepada Jampidsus atas perintah Jaksa Agung RI ST Burhanuddin.
Satu anggota Densus 88 Anti-teror yang diamankan dan di interogasi berinisial IM berpangkat Bripda. Sementara 5 anggota densus 88 berhasil kabur setelah aksi pengintaian terendus oleh pengawal PM.
Namun hingga kini belum diketahui motif dan tujuan sejumlah anggota Densus 88 polri melakukan pengintaian dan penguntitan terhadap Jampidsus Febrie Adriansyah, dan siapa atasan atau perwira tinggi (Pati) Polri yang memberikan perintah kepada anggota polisi dari kesatuan khusus bernama Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror.
Tak berhenti sampai disitu, pada Selasa (21/5) malam ada drone yang melakukan pemantauan diatas gedung Kejagung setelah diketahui oleh petugas keamanan dalam. Kemudian berlanjut pada Kamis (23/5), anggota polisi dari Polda Metro Jaya melakukan aksi konvoi yang diduga dipimpin oleh Z dengan membawa 12 personel dan menggunakan sepeda motor dan beberapa kendaraan taktis hingga rantis.
Belasan anggota polisi melakukan konvoi di sekitaran gedung Kejagung. Bahkan sejumlah anggota polisi tersebut meminta izin dan memaksa masuk ke dalam lingkungan kantor Kejagung dengan alasan dalam rangka cipta kondisi Kamtibmas.
Namun, aksi anggota polisi yang memaksa masuk tersebut sempat adu argumen dengan petugas keamanan kantor Kejagung dengan dibantu Polisi Militer (PM) yang ikut berjaga melakukan pengamanan kantor instansi penegak hukum.
JAKARTA, KOMPAS.com – Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) sedang mengkaji pengembangan dan penambahan personel di Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror.
Kepala Divisi Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo mengatakan, dalam kajian itu diperkirakan akan menambah sebanyak 1.500 hingga 2.000 personel Densus 88.
"Ke depan akan dikaji penambahan sekitar 1.500 sampai dengan 2.000 (personel)," kata Dedi saat dikonfirmasi, Kamis (17/2/2022).
Dedi menambahkan, nantinya ribuan personel itu akan ditempatkan di 34 wilayah provinsi Indonesia agar kinerja Densus 88 semakin optimal dalam memberantas terorisme.
Kendati demikian, Dedi menegaskan, hal itu masih berupa kajian dan pihaknya masih melakukan kalkulasi terkait jumlah rencana penambahan personel Densus 88.
Baca juga: Muhammadiyah Bengkulu Nonaktifkan 3 Kader yang Ditangkap Densus 88
"Agar dapat lebih optimal dalam operasional mitigasi aksi terorisme," jelas dia.
Sebelumnya diberitakan, Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengatakan akan mengembangkan struktur organisasi Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri.
Kapolri berharap jumlah personel Densus 88 bisa bertambah dua kali lipat.
"Kita akan kembangkan. Jumlah personel (Densus 88 saat ini) 3.701, saya harapkan berkembang dan bisa dua kali lipat," ujar Sigit di acara Senior Level Meeting Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri, di Bali, Rabu (16/2/2022).
Menurutnya, pengembangan ini sebagai upaya mengoptimalkan peran dari pencegahan dan penegakan hukum terhadap tindak pidana kejahatan terorisme di Indonesia.
Baca juga: Personil Densus 88 Akan Ditambah 2 Kali Lipat, Kapolri: Pemerintah Sudah Setuju
Mantan Kapolda Banten ini menyampaikan, pemerintah juga telah menyetujui rencana tersebut.
"Sejalan dengan tantangan yang meningkat dan semakin kompleks, maka pemerintah setuju terhadap usulan kita pengembangan struktur Densus 88 Antireror Polri," ucapnya.
PARADIGMA.CO.ID- Sebanyak 6 Anggota Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror melakukan penguntitan atau pengintaian terhadap Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus (Jampidsus) Kejaksaan Agung (Kejagung) Febrie Adriansyah selama beberapa hari.
Berdasarkan sumber, aksi surveillance yang dilakukan sejumlah anggota Densus 88 antiteror dilakukan selama beberapa hari dengan mengikuti atau membuntuti Jampidsus Kejagung Febrie Adriansyah dari mulai pagi hingga malam hari, baik saat di kantornya di Kejagung, maupun saat pulang ke rumahnya.
Bahkan beberapa anggota densus 88 sempat memasuki gedung Kejagung dalam rangka melancarkan aksi pengawasan dan pengamatan terhadap Jampidsus Febrie Adriansyah. Dalam setiap pengintaian, beberapa anggota densus 88 selalu mengambil gambar dokumentasi menggunakan alat perekam yang selalu dibawa.
Menurut sumber, untuk berkomunikasi dan berkoordinasi dalam setiap aksi surveillance, kemudian dibuatkan grup WhatsApp (WA) Time Zone. Di dalam grup WA tersebut, jumlah anggota densus 88 sebanyak 10 orang.
"Bahwa yang menjadi tujuan adalah untuk sarana komunikasi tim yang mengerjakan Jampidsus," kata sumber dalam keterangannya, Rabu (29/5).
Didalam grup tersebut, dikatakan sumber, ada sejumlah nama identitas anggota Densus 88 polri yang bertugas sebagai Satgas Densus Jawa Tengah, yakni Bripda lM, Briptu AS, Briptu IM, Briptu BA.
Selanjutnya, Briptu A, Briptu F, Briptu A, dan Brigadir I. Keempatnya bertugas sebagai Satgas Densus Polda Jateng.
Kemudian anggota personel khusus anti teror yang bertugas sebagai Satgas Densus Polda Jawa Barat (Jabar) dengan identitas yang berhasil dihimpun dari sumber, yakni TN dan Briptu D.
Aksi penguntitan dan surveillance mendapat perintah dari Kasatgas Densus 88 Wilayah Jawa Tengah, Kombes Pol (MTK). Dan Ketua tim (Katim) Densus 88 Wilayah Jateng Mabes Polri, Kapten H.
Namun tidak disebutkan anggota densus 88 dari Satgas Jabar melakukan tugas pengintaian atas adanya perintah dari atasannya atau tidak.
Sumber juga mengatakan, sejumlah anggota densus 88 yang melakukan aksi penguntitan dan pengintaian terhadap Jampidsus, mengaku tidak mengetahui tujuan dan motifnya apakah berkaitan dengan perkara korupsi pertambangan timah yang ditangani penyidik Jampidsus atau tidaknya.
Keenam personel densus 88 hanya diperintahkan oleh atasannya untuk mengikuti pejabat Kejagung Jampidsus Febrie Adriansyah. Namun mereka tidak mengetahui tujuannya apa mengikuti mantan Direktur Penyidikan (Dirdik) dalam setiap kegiatan aktifitasnya dari mulai di kantor, di kediamannya hingga saat makan malam di Restoran di kawasan Cipete, Jakarta Selatan.
"Dia (Anggota Densus 88 Antiteror) tidak mengetahui aksi surveillance terhadap Pejabat Kejagung Jampidsus terkait dengan perkara korupsi yang ditangani. Dia hanya disuruh untuk melakukan penguntitan atau pengintaian," ucap sumber tersebut.
Namun, lanjut sumber, beberapa anggota Densus 88 pun mengetahui kalau Jampidsus sedang menangani perkara Tindak Pidana Korupsi. Salah satunya perkara suaminya Sandra Dewi.
TEMPO.CO, Jakarta - Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri menangkap seorang pria berinisial YLK, di Desa Mongolato, Kecamatan Telaga, Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo, pada Rabu, 21 Agustus 2024. Pria itu diduga terafiliasi dengan kelompok teroris Al Qaeda in the Arabian Peninsula (AQAP). “YLK diketahui pernah merencanakan aksi teror terhadap Bursa Efek Singapura pada tahun 2014,” tulis keterangan resmi Densus 88 yang diterima Tempo, Senin, 2 September 2024.
Diketahui, YLK memiliki rekam jejak yang panjang dalam aktivitas terorisme. Sebelum bergabung dengan AQAP, dia pernah mengikuti pelatihan di Camp Hudaibiyah, Filipina, pada 1998-2000. Pada 2001, YLK turut serta dalam pelatihan paramiliter Muqoyama Badar tahap 2 di Jawa Timur, yang merupakan program dari Jamaah Islamiyah. YLK juga pernah ditahan pada 2003 karena kepemilikan senjata api laras panjang. Senjata itu adalah titipan dari UM, narapidana terorisme kasus Bom Bali 1. Pada 2012, YLK bergabung dengan Jamaah Anshor Tauhid (JAT) dan menjadi bagian dari program pengiriman personal ke Yaman sebagai bagian dari jihad global AQAP. Adapun keberangkatan YLK ke Yaman difasilitasi oleh ABU, yang saat ini telah ditangkap oleh Densus 88 dan sebelumnya menjabat sebagai Lajnah Roqobah (kaderisasi) kelompok Jamaah Ansharuh Syariah. Selama berada di Yaman, YLK mendapat perintah dari petinggi AQAP untuk melakukan aksi teror di Bursa Efek Singapura.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada 2015, ia sempat mencoba masuk ke Singapura melalui jalur laut, namun ditolak oleh imigrasi Singapura dan dideportasi ke Batam. Setelah 2016, YLK berupaya menghilangkan jejak dengan mengganti identitasnya.
Dalam penangkapan di Gorontalo, Densus 88 menyita sejumlah barang bukti yang menunjukkan aktivitas terorisme YLK. Di antaranya satu lembar buletin dakwah Hizbut Tahrir Indonesia, satu paspor atas nama Yudi Lukito Kurniawan, dan satu lembar dokumen pemeriksaan imigrasi Singapura.
TEMPO.CO, Jakarta - Tim Detasemen Khusus atau Densus 88 Antiteror Polri menangkap tujuh orang diduga terafiliasi sebagai anggota kelompok teroris Jamaah Islamiyah (JI) di Sulawesi Tengah (Sulteng).
"Benar (ada penangkapan)," kata Juru Bicara Densus 88 Antiteror Polri Komisaris Besar Aswin Siregar di Jakarta, Kamis, 18 April 2024. Penangkapan tujuh orang ini dilakukan pada Selasa kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Saat ini, kata Aswin, penyidik Densus 88 Antiteror Polri masih melakukan pemeriksaan secara intensif terhadap para tersangka.
"Karena kepentingan penyelidikan dan penyidikan yang masih berlangsung. Saat ini penyidik masih melakukan pemeriksaan intensif," kata Aswin.
Sebelumnya, Kapolda Sulteng Inspektur Jenderal Agus Nugroho, Rabu, 17 April 2024 membenarkan Detasemen Khusus (Densus) 88 Anti Teror Mabes Polri menangkap tujuh orang yang diduga terafiliasi sebagai anggota Jemaah Islamiyah/JI.
"Dari informasi kami terima ke tujuh orang tersebut empat diantaranya warga Kota Palu, dua orang warga Kabupaten Sigi dan satu orang warga Kabupaten Poso," kata Agus.
Agus menjelaskan empat warga Kota Palu diduga anggota JI berinisial AR, BS, GN, dan BK, kemudian dua warga Sigi berinisial MH dan HR serta warga Poso berinisial SK.
Informasi diterima dua rumah pertama yang digeledah berlokasi di Jalan Lagarutu, Kelurahan Talise Valangguni, Kota Palu, kemudian sejumlah barang bukti disita dari kedua rumah tersebut, diantaranya laptop dan telepon genggam.
Setelah melakukan penggeledahan di Kota Palu, tim Densus 88 bersenjata lengkap dibantu tim Gegana Polda Sulteng menggeledah satu rumah warga di Desa Kalukubula, Kabupaten Sigi.
Langkah dilakukan kepolisian sebagai upaya penindakan paham radikalisme dan terorisme berkembang di Tanah Air.
Penangkapan terhadap anggota kelompok teroris Jamaah Islamiyah juga pernah dilakukan pada Sabtu, 27 Januari di Boyolali, Jawa Tengah, satu orang ditangkap. Satu terduga lagi ditangkap di wilayah Magetan, Jawa Timur pada Senin dua hari berikutnya.
Pada tang25 Januari 2024, ditangkap pula 10 tersangka teroris kelompok Jamaah Islamiyah (JI) di wilayah Solo Raya, Jawa Tengah.
TRIBUN-MEDAN.COM - Lima orang anggota polisi yang tewas dalam insiden kerusuhan di Rutan Mako Brimob Kelapa Dua Depok pada Selasa (8/5/2018) malam ternyata berasal dari Datasemen Khusus (Densus) 88.
Demikian disampaikan oleh Kepala Bagian Penerangan Masyarakat Divisi Humas Mabes Polri Brigjen Pol M Iqbal Rabu (9/5/2018) sore pukul 16.30 WIB.
"Lima petugas kami, rekan kami yang gugur adalah petugas terbaik kami. Mereka menjalankan tugas negara dalam rangka tugas kepolisian khususnya anggota Datasemen Khusus 88," terangnya.
Ia menilai insiden tersebut merupakan bentuk pembangkangan yang ditunjukkan oleh narapidana terorisme karena petugas menegakkan Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk memastikan sterilisasi barang-barang yang masuk dan tidak memuat sesuatu yang dilarang.
Baca: Mako Brimob Masih Mencekam Dikuasai 40 Napi Teroris hingga Bripka Iwan Berhasil Dibebaskan
Baca: Saran Pemindahan Ahok dari Rutan Mako Brimob ke Apartemen Ditanggapi Miris Denny Siregar
"(Pembangkangan) terbukti, petugas kami disandera, senjata diambil bahkan meninggal dunia. Oleh sebab itu kalau ada pengancaman nyawa petugas atau orang lain kami akan lakukan upaya yang sangat tegas," pungkasnya.
Kepala Bagian Penerangan Masyarakat Divisi Humas Mabes Polri Brigjen Pol M Iqbal mengakui bahwa insiden kerusuhan yang terjadi di Rutan Mako Brimob Kelapa Dua Depok pada Selasa malam (8/5/2018) menelan 6 orang korban jiwa.
Lima dari enam korban yang tewas merupakan anggota polisi dan satu korban tewas lainnya berasal dari kalangan narapidana terorisme.
Namun Brigjen Pol M Iqbal tidak menyebutkan secara detail nama-nama korban yang tewas dalam kerusuhan.
Berdasarkan informasi berantai yang diterima Warta Kota, korban tewas dari anggota polisi yakni Bripda Wahyu Catur Pamungkas, Bripda Syukron Fadhli IDENSOS, Ipda Rospuji, Bripka Denny dan Briptu Fandi.
Baca: Gak Disangka Lucinta Luna Bicara soal Kehamilannya dan Kondisi Kandungannya, Anak Siapa?
Sedangkan satu korban tewas dari narapidana terorisme bernama Benny Syamsu Tresno. Satu orang anggota polisi yang sedang disandera di dalam Rutan Mako Brimob Kelapa Dua Depok diduga bernama Bripka Iwan Sarjana.
Pantauan di lokasi pada pukul Pangdam Jaya Jayakarta Joni Supriyanto memasuki kawasan Mako Brimob.
Turun dari mobil, ia langsung masuk dengan dibonceng menggunakan sepeda motor.
Sementara itu, di depan Mako Brimob pengamanan masih sangat ketat dan ramai oleh awak media. (M15)
Jakarta (ANTARA) - Densus 88 Antiteror Polri menyatakan telah menangkap delapan terduga teroris yang merupakan anggota kelompok Negara Islam Indonesia (NII) di beberapa provinsi pada Selasa (19/11).
Juru Bicara Densus 88 Antiteror Mabes Polri Kombes Pol Aswin Siregar dalam keterangan resminya yang diterima di Jakarta, Kamis, mengatakan bahwa delapan tersangka itu ditangkap di Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, dan Jawa Barat.
Pada Provinsi Sumatera Utara, kata dia, tersangka yang diamankan berinisial NAA. Tersangka tersebut ditangkap atas keterlibatan nya sebagai Komandan Jawatan (KJ) di Komando Perang Wilayah Besar (KPWB) III Sumatera dan selaku Sekretaris KJ KPWB.
"Tersangka NAA menghadiri kegiatan pendidikan dan pelatihan dalam rangka menyiapkan pasukan ‘militer’ dan menghadiri milad NII yang dilaksanakan di Sumatera Barat," ucapnya.
Selanjutnya, pada Provinsi Sumatera Barat, terdapat empat tersangka yang diamankan, yakni dengan inisial JN, ER, IS, dan SW.
Dijelaskan Aswin, tersangka JN merupakan Komandan Komandan Perang Setempat (Kompas) B Imam Bonjol NII Faksi MYT. JN ditangkap di Kabupaten Agam, Sumatera Barat.
Lalu, tersangka ER merupakan Bendahara Pok NII MYT Kompas B Imam Bonjol. ER pernah menghadiri kegiatan pendidikan dan pelatihan dalam rangka menyiapkan askar (militer) dan menghadiri milad NII yang dilaksanakan di Sumatera Barat.
"Tersangka ER juga pernah mengikuti kegiatan askar di Sumatera Barat," imbuh Aswin.
Kemudian, tersangka IS merupakan Sekretaris NII Kompas Sumatera Barat. IS pernah menghadiri kegiatan safari dakwah dan sosialisasi program NII 2024 di basecamp Kompas NII Sumatera Barat.
Adapun terakhir, tersangka SW, pernah mengikuti milad NII KPWB Sumatera dan mengikuti pendidikan dan pelatihan askar serta menghadiri milad proklamasi NII.
Pada Sumatera Selatan, Densus 88 menangkap dua tersangka yang berinisial DYT dan MA.
Aswin mengatakan, keterlibatan tersangka DYT adalah menjabat sebagai Kepala Staf KPWB III Sumatera Raya dalam kelompok NII faksi MYT.
Sementara itu, keterlibatan tersangka MA adalah sebagai Panglima KPWB III Sumatera Raya dalam kelompok NII faksi MYT.
"Tersangka DYT dan MA mengikuti kegiatan i’dad (persiapan) pelatihan askar di Sumatera Barat," ujar dia.
Baca juga: Polri ungkap identitas tiga terduga teroris yang ditangkap di Jateng
Baca juga: Densus 88 Mabes Polri tangkap dua terduga teroris di OKU Timur Sumsel
Terakhir, pada Jawa Barat, Densus 88 menangkap satu orang tersangka berinisial SY.
"SY merupakan imam NII faksi MYT dan Ketua Komando Perang Seluruh Indonesia (KPSI)," imbuh Aswin.
Ia mengungkapkan, tersangka SY aktif melakukan kajian dan pembinaan terhadap jamaah NII di wilayah Jawa dan Sumatera.
Selain itu, lanjutnya, SY juga pernah melakukan kegiatan pelatihan persiapan askar dan menghadiri milad proklamasi NII di Sumatera Barat. Lebih lanjut, SY pernah melakukan perencanaan pembelian senjata sebagai upaya memperkuat organisasi NII dalam rangka mempersiapkan jihad qital (perang fisik).
Aswin mengatakan, pihaknya menyita sejumlah barang bukti dari penangkapan delapan tersangka tersebut, di antaranya satu bundel materi kajian NII, satu bundel proklamasi NII, satu buku Daulah Islamiyah, dan satu bundel kertas dengan judul Komandemen Tertinggi Angkatan Perang Negara Islam Indonesia.
Ia pun mengingatkan bahwa kelompok teror atau radikal akan terus berupaya menanamkan pengaruh dan pemikiran radikal kepada masyarakat melalui kegiatan terselubung.
Oleh karena itu, ia meminta masyarakat untuk waspada dan selalu memiliki kepekaan terhadap pengaruh radikal dengan menjaga diri dan keluarga serta kerabat.
"Masyarakat hendaknya waspada dan mampu memilah agar tidak terpengaruh oleh propaganda serta paham-paham yang bertentangan dengan ideologi negara," tuturnya.
Pewarta: Nadia Putri RahmaniEditor: Chandra Hamdani Noor Copyright © ANTARA 2024
WARTAKOTALIVECOM, Jakarta – Anggota polisi dari Detasemen Khusus Antiteror atau Densus 88 ditangkap oleh polisi militer usai dicurigai tengah membuntuti Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus (Jampidsus) Kejaksaan Agung, Febrie Adriansyah saat makan malam di satu restoran di daerah Cipete, Jakarta Selatan.
Peristiwa penangkapan itu terjadi sekitar pukul 20.00 atau 21.00 WIB pada minggu pekan lalu.
Adapun identitas anggota Densus 88 yang tertangkap melakukan pengintaian itu disebut-sebut berinisial IM dan berpangkat Bripda.
Dilansir dari Tribunnews.com saat itu, Bripda IM diduga menyamar sebagai karyawan perusahaan BUMN dengan inisial HRM.
Berdasarkan informasi yang diterima, IM saat itu tengah menjalankan misi "Sikat Jampidsus."
Aksi pengintaian tersebut tidak dilakukan oleh IM seorang diri.
Namun ia diduga menjalankan misi tersebut bersama lima orang lainnya yang diduga dipimpin oleh seorang perwira menengah kepolisian.
Dalam peristiwa ini hanya IM yang berhasil diamankan oleh polisi militer atau PM yang mengawal Jampidsus Febrie Adriansyah saat itu.
Baca juga: Heboh Jampidsus Dikuntit Densus 88, Polri Harus Berani Ungkap Dalang di Belakangnya
Sementara itu dua orang yang mengetahui peristiwa tersebut bercerita bahwa Febrie memang kerap makan di restoran yang menyajikan kuliner Prancis itu.
Febri saat itu datang bersama satu ajudan dan motor patwal Polisi Militer.
Pengawalan Febrie oleh polisi militer TNI itu bukan tanpa sebab.
Permintaan pengamanan itu diajukan oleh Jaksa Agung Muda Bidang Pidana Militer (Jampidmil) karena Jampidsus sedang menangani beberapa kasus korupsi besar.
Salah satunya kasus korupsi Timah yang melibatkan suami artis Sandra Dewi, Harvey Moeis, dan crazy rich Pantai Indah Kapuk (PIK), Helena Lim.
Penangkapan terjadi ketika polisi militer yang mengawal Febrie merasa curiga dengan kehadiran dua orang yang diduga anggota Densus 88.
Mereka terlihat datang tak lama setelah Febrie tiba di restoran.
Keduanya disebut datang dengan berjalan kaki dan mengenakan pakaian santai serta memakai masker.
Saat berada tak jauh dari posisi Febrie, dua anggota Densus 88 itu mengarahkan sebuah alat yang diduga sebagai perekam ke arah ruangan tempat Febrie berada.
Mengetahui hal itu, polisi militer yang mengawal Febrie langsung bergegas merangkul dan membawa satu orang anggota Densus 88 menjauh dari restoran untuk diinterogasi.
Sementara itu, satu anggota Densus 88 lain yang turut menguntit Febrie berhasil lolos dari kejaran.
Sumber yang mengetahui kejadian tersebut mengatakan tak ada keributan yang terjadi.
“Mungkin karena sama-sama pejabat, jadi tidak mau ribut,” kata dia.
Sumber tersebut juga menyebutkan, selain dua orang yang masuk ke restoran, ternyata ada beberapa orang lain yang terlihat memantau Febrie Adriansyah dari luar.
Menurut dua saksi yang mengetahui kejadian ini, beberapa dari mereka tampak berada di beberapa titik sekitar 50 meter dari restoran.
“Setelah ditangkap itu, yang di sana-sana (sambil menunjuk tempat di luar restoran) lari. Ternyata sedang mantau,” kata dia.
Setelah penangkapan tersebut, Febrie menghubungi Kabareskrim Polri untuk meminta penjelasan.
Namun, Kepala Badan Reserse Kriminal Polri, Komjen Wahyu Widada, mengklaim tidak mengetahui apa pun dan meminta agar anggota Densus itu dibebaskan.
Febrie pun menolak melepaskannya.
Febrie juga melaporkan kejadian ini kepada Jaksa Agung ST Burhanuddin, yang kemudian langsung menelepon Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo.
Usai perbincangan antara para pimpinan penegak hukum tersebut, anggota Densus 88 dijemput oleh Paminal.
Namun, seluruh data di telepon seluler anggota Densus 88 itu telah diambil oleh tim Jampidsus.
Ketika diminta konfirmasi, Febrie tidak memberikan tanggapan.
Terkait peristiwa itu, Kepala Pusat Penerangan Hukum Kejaksaan Agung Ketut Sumedana enggan untuk buka suara. Dia mengklaim tak mendapat informasi mengenai kejadian tersebut. "Saya belum dapat informasinya," kata Ketut
Sementara itu, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo juga masih belum memberi penjelasan mengenai peristiwa ini.
Baca berita Wartakotalive.com lainnya di Google News
Ikuti saluran WartaKotaLive.Com di WhatsApp: https://whatsapp.com/channel/0029VaYZ6CQFsn0dfcPLvk09