Tabel Perbedaan Limbah Organik Dan Anorganik Beserta Contohnya

Metode Pengolahan Limbah

Kini Anda telah mengetahui perbedaan limbah organik dan anorganik, sekarang ada baiknya jika Anda memahami pula metode pengolahan kedua limbah tersebut. Limbah harus diolah dengan metode yang paling aman dan sesuai.Sehingga tidak menimbulkan kerugian di akhir. Setiap perusahaan atau industri harus memahami hal ini. Berikut ini adalah beberapa metode yang umum dilakukan dalam pengelolaan sampah organik dan sampah anorganik. Di antaranya sebagai berikut!

KOMPAS.com - Lingkungan tempat kita hidup tidak pernah terlepas dari masalah limbah, sebab setiap harinya aktivitas manusia pasti menghasilkan limbah.

Limbah pada dasarnya merupakan suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari suatu sumber hasil aktivitas manusia, maupun proses-proses alam dan tidak atau belum mempunyai nilai ekonomi.

Sejalan dengan definisi menurut Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, limbah didefinisikan sebagai sisa atau buangan dari suatu usaha dan atau kegiatan manusia.

Limbah dapat dihasilkan dari berbagai aktivitas manusia dalam kehidupan sehari-hari seperti, aktivitas pasar, industri, peternakan, pertanian, serta rumah tangga.

Berdasarkan sifatnya, limbah dibedakan menjadi dua jenis, yaitu limbah organik dan limbah anorganik.

Berikut penjelasan mengenai limbah organik dan anorganik beserta perbedaanya:

Baca juga: Mengenal Prinsip Pengolahan Limbah dan Indikatornya

Jenis limbah yang mudah diuraikan atau mudah membusuk disebut limbah organik. Limbah organik merupakan limbah yang dapat diuraikan secara sempurna melalui proses biologi baik secara aerob maupun anaerob.

Pada dasarnya limbah organik adalah jenis limbah yang sebagian besar tersusun oleh senyawa organik, maka dari itu limbah jenis ini dapat mudah terurai secara alami dengan bantuan mikroorganisme.

Namun, bukan berarti limbah organik bisa dibiarkan begitu saja. Ia tetap saja limbah yang perlu penananganan agar tidak memberi dampak buruk terhadap lingkungan.

Baca juga: Bahan dan Proses Limbah Organik

Limbah anorganik didefinisikan sebagai segala jenis limbah yang tidak dapat atau sulit terurai serta sulit membusuk secara alami oleh mikroorganisme.

Penguraian limbah anorganik membutuhkan waktu yang lama bahkan hingga ratusan tahun, karena sifatnya yang tidak mudah terurai secara alami. Hal tersebut tentu akan berdampak buruk bagi lingkungan serta bagi seluruh makhluk hidup yang ada di bumi.

Baca juga: Pengertian Limbah Anorganik Lunak

Dilihat dari definisinya saja, kita sudah tahu bahwa limbah organik dan anorganik tentu memiliki perbedaan yang sangat berkebalikan.

Agar lebih dapat dipahami, berikut perbedaan limbah organik dan anorganik yang sudah terangkum dalam tabel di bawah ini:

Baca juga: Kriteria Parameter Limbah

Limbah organik terdiri dari dua jenis, di antaranya:

Baca juga: Produk Kerajinan dari Bahan Limbah Organik

Limbah anroganik dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:

Baca juga: Limbah Gas: Pengertian dan Contohnya

Sampah menjadi salah satu isu lingkungan krusial di era modern saat ini. Aktivitas konsumsi yang tinggi oleh masyarakat, tak jarang menjadi penyebab meningkatnya jumlah sampah baik organik maupun anorganik.

Ironisnya, banyak masyarakat belum selektif dalam mengelola sampah. Sehingga hal tersebut berakibat pada pencemaran lingkungan dan berbagai masalah lainnya.

Salah satu hal penting yang kurang disadari oleh masyarakat adalah pemilahan sampah organik dan anorganik. Jenis sampah organik dan anorganik sebenarnya dapat diolah dengan cara yang berbeda.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dikutip dari laman resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng, Dinas Lingkungan Hidup Kota Tanjungpinang, dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon Progo, berikut adalah informasi mengenai perbedaan sampah organik dan anorganik beserta penjelasan dan contohnya.

Berdasarkan Cara Pengolahannya

Perbedaan limbah organik dan anorganik lainnya adalah berdasar pada cara pengolahannya. Untuk bisa mengolah kedua jenis limbah ini diperlukan dua cara yang juga berbeda. Satu hal yang utama dan pasti adalah melakukan pemisahan antara sampah organik dan sampah anorganik. Sehingga lebih memudahkan petugas atau mesin dalam melakukan sortir dan daur ulang.

Sistem olah limbah diciptakan untuk menangani kedua limbah yang berbeda penangannya. Limbah organik cenderung mudah diolah karena bisa diuraikan dengan mudah oleh mikroorganisme. Anda bisa menimbunnya saja di tanah galian maka mikroorganisme akan bisa melakukan dekomposisi. Sementara untuk limbah anorganik bisa dilakukan pengolahannya dengan cara daur ulang untuk dijadikan produk lainnya yang memiliki nilai lebih tinggi.

Mar 7 Perbedaan Limbah Organik dan Limbah Anorganik

Perbedaan limbah organik dengan anorganik perlu diketahui agar tidak sampai terjadi kesalahan dalam pengolahannya. Limbah organik didefinisikan sebagai sisa-sisa buangan atau sampah yang dihasilkan makhluk hidup dan akan secara otomatis mengalami pembusukan.

Sementara itu untuk limbah anorganik berasal dari sisa-sisa non hayati atau biasanya berwujud sintetik dan buangan hasil olah tambang. Untuk yang jenis anorganik akan lebih sulit untuk diuraikan. Di sini akan dibahas lebih lanjut mengenai perbedaan keduanya!

Berdasarkan Senyawa Penyusunnya

Perbedaan limbah organik dan anorganik selanjutnya dapat dilihat dari senyawa yang menyusun limbah organik dan limbah anorganik. Tentu saja akan berbeda antara satu dengan yang lainnya. Untuk limbah organik biasanya disusun oleh senyawa utama yaitu karbon baik itu pada jenis limbah yang padat, cair, ataupun gas sekalipun. Selain itu, limbah organik juga memiliki ikatan hidrogen.

Sementara itu, bagi limbah anorganik biasanya memang tidak disusun oleh senyawa karbon. Disebabkan sumbernya yang bukan dari makhluk hidup maupun organisme. Namun biasanya sampah anorganik akan mengandung mineral. Untuk bisa mengidentifikasi senyawa penyusunnya juga bukanlah hal yang mudah, sebab tidak bisa dilakukan oleh orang awam dengan kasat mata.

Terdapat beberapa contoh limbah yang termasuk ke dalam limbah organik, yaitu dari sisa makanan, daun dan ranting berguguran, bangkai binatang, sisa-sisa sayuran ataupun buah-buahan, tinja dan banyak lainnya.

Sementara itu, untuk beberapa jenis dari limbah anorganik mencakup botol minuman, pecahan kaca, bungkus makanan, sampah plastik, elektronik rusak, kresek, ban bekas, besi, logam dan lain sebagainya yang memang tidak berasal dari makhluk hidup.

Metode Penimbunan Terkendali

Metode kedua, adalah sebuah cara untuk pengelolaan open dumping yang sudah dibenahi dan lebih tersistem. Setidaknya sudah terdapat perbedaan antara limbah organik dengan limbah anorganik. Metode ini menggabungkan sistem open dumping dengan metode urug saniter.

Metode Open Dumping

Untuk metode pengolahan limbah yang satu ini adalah dengan melakukan penimbunan di suatu lahan terbuka tanpa adanya perlakuan atau pengelolaan khusus pada limbah.

Perbedaan Sampah Organik dan Anorganik

Setelah mengetahui pengertian tentang sampah organik dan anorganik, berikut adalah perbedaan dari sampah organik dan anogranik:

Demikian informasi mengenai perbedaan sampah organik dan anorganik beserta penjelasan dan contohnya. Semoga bermanfaat ya detikers!

Artikel ini ditulis oleh Naufal Adam peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom

Reaksi yang Dihasilkan

Berdasarkan adanya sebuah penelitian, limbah organik reaksinya terhitung lambat dan tidak bisa menghasilkan senyawa garam. Sementara itu, untuk limbah anorganik reaksinya tergolong lebih cepat dan bisa menghasilkan senyawa garam.

Baca juga: Jenis Limbah dan Dampaknya Bagi Lingkungan

Pengertian Sampah Organik dan Anorganik

Sebelum membahas tentang perbedaan sampah organik dan anorganik, tentunya kita perlu mengetahui tentang pengertian apa itu sampah organik dan apa itu sampah anorganik. Berikut adalah penjelasannya.

Sampah organik merupakan sampah yang berasal dari sisa-sisa makhluk hidup, seperti hewan, tanaman, dan manusia. Sampah ini mudah terurai secara alami dan dapat diolah menjadi kompos atau pupuk organik lainnya.

Pengelolaan sampah organik yang baik dapat memberikan manfaat seperti mengurangi pencemaran lingkungan, menghasilkan pupuk organik, dan menghemat sumber daya alam. Sebaliknya, jika tidak dikelola dengan baik, sampah organik dapat menimbulkan penyakit dan bau tidak sedap.

Sampah organik terbagi menjadi dua jenis, yaitu:

Sampah organik kering, seperti daun kering, ranting pohon, dan tulang belulang, sering dianggap tidak bernilai dan dibuang begitu saja. Padahal, dengan pengelolaan yang tepat, sampah ini bisa diubah menjadi kompos, mulsa, atau bahkan bahan bakar alternatif.

Dibandingkan sampah organik basah yang mudah membusuk, sampah organik kering membutuhkan waktu lebih lama untuk terurai. Namun, bukan berarti sampah ini tidak bisa dimanfaatkan

Sampah organik basah merupakan jenis sampah yang berasal dari makhluk hidup dan memiliki kandungan air tinggi. Hal ini menyebabkan sampah ini mudah membusuk dan menimbulkan bau tidak sedap.

Dibandingkan dengan sampah organik kering, sampah organik basah memiliki tingkat dekomposisi yang lebih cepat karena kandungan airnya yang tinggi.

Meskipun mudah terurai, sampah organik basah dapat menimbulkan masalah lingkungan jika tidak dikelola dengan baik. Pembusukan sampah ini menghasilkan gas metana, salah satu gas rumah kaca yang berkontribusi terhadap perubahan iklim.

Oleh karena itu, penting untuk mengelola sampah organik basah dengan tepat, seperti dengan pengomposan atau pengolahan biogas.

Contoh sampah organik adalah sebagai berikut:

Sampah anorganik, seperti plastik, kaleng, dan styrofoam, merupakan sampah yang sulit terurai dan membutuhkan waktu lama untuk kembali ke alam. Sampah jenis ini berasal dari bahan non hayati, produk sintetik, dan hasil pengolahan bahan tambang.

Jika tidak dikelola dengan baik, sampah anorganik dapat mencemari tanah. Hal ini dikarenakan sampah anorganik sulit terurai dan akan tertimbun dalam tanah dalam waktu lama, sehingga merusak lapisan tanah.

Oleh karena itu, pengelolaan sampah anorganik menjadi sangat penting. Sampah anorganik dapat dipilah dan dimanfaatkan untuk kerajinan daur ulang atau diolah di pabrik. Untuk memudahkan proses pengelolaan, sampah anorganik biasanya ditempatkan di tempat sampah berwarna kuning.

Berikut adalah beberapa jenis dan contoh dari sampah anorganik:

Sampah anorganik jenis ini terdiri dari besi, baja, aluminium, tembaga, dan lain-lain. Contohnya kaleng bekas, besi tua, dan perkakas rumah tangga yang sudah rusak. Sampah logam dan produk olahannya dapat diolah kembali menjadi baja konstruksi, peralatan rumah tangga, dan lain-lain.

Plastik menjadi salah satu jenis sampah anorganik. Jenis sampah anorganik ini terdiri dari polietilen, polipropilen, polistirena, dan lain-lain. Contohnya botol plastik, kresek plastik, dan bungkus makanan plastik. Sampah plastik dapat didaur ulang menjadi botol plastik baru, tas plastik, dan lain-lain

Jenis sampah anorganik selanjutnya adalah sampah anorganik jenis kertas. Sampah anorganik ini terdiri dari kertas HVS, kertas karton, kardus, dan lain-lain. Contohnya koran bekas, majalah bekas, dan kardus bekas. Sampah kertas dapat diolah kembali menjadi kertas HVS baru, karton, dan lain-lain.

Kaca dan keramik termasuk dalam salah satu jenis sampah anorganik. Jenis sampah anorganik kaca dan keramik terdiri dari kaca botol, kaca gelas, keramik, dan lain-lain. Contohnya botol kaca bekas, pecahan kaca, dan keramik bekas. Sampah kaca dan keramik dapat didaur ulang menjadi botol kaca baru, keramik baru, dan lain-lain.

Jenis sampah anorganik yang terakhir adalah sampah anorganik jenis detergen. Sampah anorganik jenis detergen ini mengandung bahan kimia yang berbahaya bagi lingkungan. Contohnya sabun cuci piring, sabun cuci baju, dan deterjen bubuk. Sampah detergen harus diolah di tempat khusus untuk menghilangkan bahan kimia berbahaya sebelum dibuang ke lingkungan.